Selasa, 30 Oktober 2012

Tiap hari adalah Istimewa

Kakak iparku membuka laci lemari pakaian kakakku yang paling bawah, lalu mengambil sesuatu terbungkus tissue putih dan mengulurkannya kepadaku sambil berkata: “Ini pakaian dalam yang sangat spesial.”

Kubuka bungkusan itu, dan kutemukan sebuah pakaian dalam yang sangat menawan, lembut, terbuat dari sutera, disulam tangan, dengan tali sangat lembut. Tag harga masih tertempel, dengan kode-kode penjualannya yang rumit.

“Jane membelinya 8 atau 9 tahun yang lalu, dan belum pernah memakainya.Katanya ia ingin memakainya untuk suatu kesempatan yang sangat istimewa.Yah, rasanya inilah hari yang istimewa itu,” kata kakak iparku lemah.

Ia mengambil pakaian dalam itu dari tanganku, dan meletakkannya di tas tempat tidur, bersama dengan pakaian lainnya yang kami persiapkan untuk dibawa ke rumah duka.

Ia memegang pakaian dalam itu sejenak, dan dengan tiba-tiba ia menutup laci tersebut keras-keras sambil berkata keras padaku: “Jangan pernah menyimpan sesuatu yang istimewa untuk kesempatan istimewa. Hidupmu tiap hari adalah istimewa.”

Aku terus ingat kata-kata tersebut sepanjang upacara pemakaman dan hari-hari sesudahnya. Saya membantu dia dan keponakan-keponakan saya untuk melewati hari-hari berkabung setelah kematian kakakku yang mendadak. Aku juga terus memikirkan mereka sepanjang penerbanganku kembali ke California dari kota Midwestern di mana kakakku tinggal. Aku juga memikirkan hal-hal yang belum sempat didengar, dilihat atau dikerjakan oleh almarhum kakakku.

Aku juga memikirkan hal-hal yang sudah ia kerjakan tanpa menyadari Bahwa hal-hal tersebut sungguh sangat spesial. Aku terus memikirkan kata-kata kakak iparku, dan sepertinya kata-kata yang ia ucapkan saat hatinya penuh duka tersebut telah mengubah hidupku. Mendadak sepertinya aku telah membaca sedemikian banyak buku tentang kehidupan.

Aku lalu memandang ke luar jendela dan menikmati pemandangan udara yang indah, tanpa pusing lagi memikirkan bagaimana kebun kesayanganku yang telah kutinggal pergi beberapa hari.

Sesampai di rumahku sendiri,aku lalu menyempatkan diri untuk lebih banyak berkumpul dengan keluargaku dan teman-temanku, dan langsung mengurangi kegiatan rapat-rapatku. Apabila diperlukan, hidup ini semestinya dipenuhi pola-pola untuk pengalaman tentang kenikmatan, dan bukan pertahanan serta beban. Sekarang aku mencoba untuk memperhitungkan waktu dengan lebih teliti dan mensyukurinya.

Aku tidak “menyimpan” sesuatu. Kami bahkan menggunakan chinawares (piring-piring buatan cina) dan koleksi kristal kami setiap hari, tanpa menunggu ada pesta, ada tamu atau lainnya.

Ketika kami kehilangan uang, ketika kran air bocor, ketika bunga camelia kami mekar, adalah saat-saat yang kami istimewakan.

Aku pergi ke pasar memakai pakaian yang indah, jika memang sedang ingin. Semua kami lakukan tanpa rasa sayang yang berlebihan terhadap barang-barang tersebut. Teorinya, kalau aku kelihatan lebih berada daripada orang-orang di sekitarku, aku juga akan menjadi tidak pelit terhadap diriku sendiri.

Aku tidak hanya memakai parfum kalau pergi ke pesta.

Pelayan di toko bangunan, tukang sayur di pasar, teller di bank, dan teman-temanku di pesta, memiliki hidung yang berfungsi sama. Kata-kata “suatu hari kelak” ataupun “hari-hari ini”, mempunyai makna yang sama bagiku. Jika ada hal-hal yang layak didengar, ditonton, dibaca atau dikerjakan, aku akan berusaha mendengar, menonton, membaca atau mengerjakannya sekarang juga.

Aku tidak tahu apa kira-kira yang akan almarhum kakakku apabila ia tahu bahwa keesokan harinya (”besok” adalah kata-kata yang tidak pernah kita bayangkan akan tidak terjadi) ia sudah tidak akan ada lagi di dunia ini. Mungkin ia akan menelpon seluruh keluarganya dan beberapa teman dekatnya, mungkin ia akan menelpon teman-teman lamanya dan meminta maaf akan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan di masa lalu. Aku bahkan juga membayangkan bahwa ia justru akan pergi ke sebuah restoran cina yang sangat ia sukai.

Tapi semua itu hanya perkiraanku saja. Kita tidak pernah tahu.

Hal-hal tersebut pasti akan membuat aku marah bila belum dapat aku lakukan padahal aku tidak memiliki waktu lagi. Marah karena selama ini aku selalu menunda pertemuan-pertemuan dengan teman-teman baikku, meskipun aku sangat ingin berjumpa dengan mereka.

Marah, karena selama ini aku jarang membalas surat-surat yang aku terima. Marah dan menyesal karena selama ini aku jarang sekali mengatakan pada isteri dan anak-anakku, betapa aku menyayangi mereka. Kini aku selalu mengusahakan untuk tidak menunda atau menahan hal-hal yang sekiranya akan menambah keceriaan, kesulitan atau kesedihan dalam hidup ini. membuat aku tertawa.

Dan setiap pagi, begitu aku membuka mata, aku katakan pada diriku sendiri, bahwa hari itu adalah hari yang spesial. Setiap hari, setiap menit, setiap nafas, adalah benar-benar anugerah yang indah dari Tuhan.

Jika anda membaca artikel ini, pasti karena ada orang yang peduli dan Sayang kepada anda. Jika anda selama ini terlalu sibuk, cobalah berhenti sejenak.

Sempatkan beberapa menit saja memikirkan orang-orang yang dekat di hati anda, teman-teman yang telah memberikan warna pada hidup anda, guru, pembimbing, siapapun. Kalau perlu, forward artikel ini kepada mereka, just to show that you care.

Inspirational Quote:
“Good friends must always hold hands, but true friends do not need to hold hands because they know the other hand will always be there.”

Sumber: Los Angeles Times by Ann Wells

Belajar dari Anjing Kecil

Terkisahlah dua ekor anjing scottie muda yang bersahabat, Buster dan Didi. Kemana pun mereka pergi selalu bersama dan ada saja petualangan yang mereka lalui setiap harinya. Namun meskipun begitu, kedua sahabat itu sangatlah bertolak belakang kepribadiannya. Buster adalah sosok anjing yang penuh dengan semangat dan selalu berani menghadapi rintangan apapun, sementara sahabatnya Didi sedikit lebih pendiam dan selalu ragu dalam bertindak.

Suatu hari di Kota Binatang diadakanlah perlombaan adu bakat untuk para anjing-anjing. Dan pemenangnya selain akan dikukuhkan sebagai anjing terbaik di kota akan pula dihadiahkan stok tulang selama setahun. Seluruh anjing penghuni kota menjadi tergiur untuk ikut ambil serta dalam perlombaan tersebut, tak terkecuali Buster muda.

Buster pun mengajak sahabatnya, Didi, untuk ikut perlombaan. Namun belum saja mereka mendaftar, Didi telah merasa gentar terlebih dahulu setelah mengetahui ternyata anjing-anjing yang akan menjadi lawan mereka bukanlah sekedar anjing geladak biasa, melainkan anjing-anjing juara yang lebih memiliki banyak pengalaman, bahkan konon berita yang mereka dapatkan beberapa anjing ras collie dan rottweiller juga akan ikut ambil bagian. Tak urung nyali Didi semakin ciut, dalam pikirannya bagaimana mungkin anjing kecil seperti dirinya bisa menang melawan para raksasa-raksasa anjing tersebut, bisa-bisa nanti justru dirinya jadi bulan-bulanan anjing-anjing tersebut.

Sementara sahabatnya, Buster, yang tak pernah mengenal kata menyerah tentunya tetap mendaftarkan diri dalam perlombaan tersebut. Buster masih mencoba untuk membujuk Didi, diberitahunya pada Didi bahwa tak ada salahnya mereka mencoba, urusan menang atau kalah itu hal belakangan. Tapi Didi tetap kukuh pada pendiriannya.

Tak terasa waktu perlombaan itu pun akhirnya tiba. Rupanya banyak juga peserta yang turut berlomba.

Perlombaan dibagi dalam tiga babak. Babak ‘Uji Nyali’, babak ‘Ketangkasan’, dan babak ‘Kecepatan’.

Babak pertama pun dimulai, para peserta diharuskan untuk mengambil masing-masing 3 buah tulang emas yang dipersiapkan panitia dan ditaruh di tempat-tempat yang cukup berbahaya. Satu tulang ditaruh di bebatuan yang berada di tengah-tengah sungai di dekat air terjun, tentu hal yang sangat sulit dilakukan mengingat arus sungai yang sangat deras. Tulang yang kedua diletakkan di puncak sebuah bukit namun untuk mendapatkannya para peserta mesti melewati jalanan di lereng yang terjal, sedikit saja mereka salah melangkah maka jurang telah menanti mereka jauh di bawah. Sementara tulang yang terakhir berada di dalam sebuah gua yang katanya ada begitu banyak ular berbisa yang menempati tempat tersebut.

Beberapa anjing-anjing collie dan rottweiller dengan cukup mudah melewati rintangan-rintangan itu. Walau begitu beberapa ada yang gagal dan terhanyut di sungai atau menderita luka-luka karena terjatuh di jurang sementara ada pula yang karena tak berani menghadapi ular berbisa akhirnya menolak memasuki gua yang gelap itu.

Sementara Buster sendiri pun cukup kepayahan melewati babak pertama ini. Ia sempat terseret arus walau akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan buru-buru melompat ke atas sebuah batu. Namun sayangnya Buster hanya berhasil membawa dua buah tulang emas. Sementara tulang yang ketiga tak berhasil di dapatnya karena ketika hendak mengambil tulang tersebut tiba-tiba seekor ular jenis python membelit tubuhnya, dia hampir saja menjadi santapan ular tersebut kalau saja dia dengan cukup cerdik berhasil meloloskan diri.

Namun meskipun begitu, Buster tetap lolos untuk maju dalam babak selanjutnya. Pada babak kedua, babak ‘Ketangkasan’, Buster yang memang cukup cerdas berhasil memperoleh skor tertinggi dan melangkah dengan mudah menuju babak terakhir.

Sahabatnya Didi terus setia menyaksikan perlombaan dan mendukung Buster. Walau Ia merasa ngeri saat menyaksikan perlombaan pada babak pertama, namun terbersit sedikit rasa sesal di hatinya karena tak ikut mendaftarkan diri. Ditatapnya Buster yang tersenyum karena berhasil mengalahkan para anjing-anjing raksasa tersebut di babak kedua. ‘Bisa saja akulah yang berdiri disana dengan senyum menghiasi wajah’ lirihnya.

Setelah peserta yang tersisa diberi waktu 30 menit untuk istirahat, akhirnya tibalah babak terakhir, babak penentuan.

Seluruh peserta yang kini hanya tersisa lima ekor terdiri dari Buster, Sebas (seekor anjing Collie), Ruffy dan Rockie yang merupakan anjing ras Rottweiller dan satu lagi Spotty (anjing jenis Dalmatian), akan melakukan perlombaan lari melintasi lapangan rumput disisi luar kota dan kemudian mereka akan melewati sebuah bukit kecil lalu kembali melintasi sungai menuju hutan untuk kembali ke kota.

Dan siapapun yang tiba terlebih dahulu dialah yang akan keluar menjadi pemenang dan berhak untuk mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan. Peluit dibunyikan dan peserta mulai berlari sekencang yang mereka bisa. Dengan mudah Rockie, anjing yang memang sudah terkenal dengan segala kelebihannya, berhasil mengungguli peserta lainnya. Perlombaan berlangsung cukup seru, keempat anjing raksasa Sebas, Ruffy, Rockie dan Spottie saling bersaing merebut posisi pertama. Sementara Buster sendiri, cukup kesulitan mengejar empat anjing lainnya. Ia sudah mengerahkan segala tenaganya untuk mengejar, namun sepertinya mereka semua memang bukan tandingan Buster.

Dan akhirnya seperti yang telah diperkirakan para penduduk Kota Binatang, Rockie-lah yang akhirnya berhasil memenangkan pertandingan.

Buster yang finish di urutan terakhir, sesaat merasa begitu kecewa saat melihat Rockie yang naik ke atas podium.

“Aksi yang kamu tunjukkan dalam perlombaan ini sangatlah menarik anjing muda, aku sangat menikmatinya.” ujar seekor anjing tua.

Dan Buster pun tersenyum bangga melupakan rasa kecewa terhadap kekalahannya.



Pesan moral:

Terkadang karena rasa takut berlebihan yang telah meliputi pikiran kita tentang sebuah kegagalan, kita malah tak jarang justru melepas sebuah kesempatan yang ada di depan mata. Seperti halnya yang terjadi pada Didi, si anjing kecil. Pikiran negatif yang menguasai dirinya justru mengaburkan pandangannya akan semua kelebihan-kelebihan yang sebenarnya dimilikinya. Dan apa yang tersisa? Tentu hanyalah penyesalan.

Maka baiklah jika kiranya kita bisa seperti Buster muda, yang di dalam kamusnya tak ada kata menyerah sebelum mencoba. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan jika kita ingin berhasil tentulah kita harus melakukan aksi. Walaupun ternyata kita akhirnya gagal, tapi itu jauh lebih baik daripada kita tidak melakukan sesuatu apapun.


Motivational Quote:
You may be disappointed if you fail, but you are doomed if you don’t try - Beverly Sills

My Mother's Love

Ibuku hanya memiliki satu mata, sedang mata yang satunya cacat. Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan. Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang keluarga.

Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah…
“Ibumu bermata satu?!?!?…. eeeee ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, “Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!??

Ibuku diam tak bereaksi. Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini…
Mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu…Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata.

Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses . Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore. Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Namun pada suatu hari, ada seseorang tamu mengetuk pintu rumahku. Setelah kubuka, aku sangat terkejut sekali. Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku.

Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.
Aku bertanya padanya, “Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!!!?? kukatakan seolah-olah itu benar.

Aku memakinya, “Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!??.

Ibuku hanya menjawab, “Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.? Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa lebih lega…

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.
Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya mengeluarkan air mata.

Ia memegang selembar surat ditangannya… Sebuah surat untukku.

“Anakku…Aku rasa hidupku cukup sudah kini… Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-kali?

Aku sungguh sangat merindukanmu…Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah .

Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau …Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata.

Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu…
Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut.

Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau memarahiku…
Aku berkata pada diriku, ‘Ini karena ia mencintaiku …’

Makalah Bioper

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
SEKSUALITAS IKAN DAN TINGKAT  KEMATANGAN GONAD  



OLEH :

EDWARD NABABAN
1104114722
BUDIDAYA PERAIRAN










                            LABORATORIUM  BIOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2012





 
KATA PENGANTAR

            Laporan praktikum ini disusun penulis sebagai bukti bahwa penulis telah mengikuti praktikum yang berjudul Seksualitas ikan dan Tingkat Kematangan Gonad  di Laboratorium Biologi Perairan Universitas Riau.
            Didalam penyusunan laporan ini penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya laporan ini dapat diselesaikan tepatpada waktu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten dosen yang juga ikut membangun memberikan arahan hingga selesainya laporan ini.
            Tak jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan dan motivasi kedepannya. Sekianlah dari penulis semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.




Pekanbaru , 2 Oktober  2012


EDWARD NABABAN



DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................                
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................                

I.        PENDAHULUAN

           1.1. Latar Belakang..........................................................................               

          1.2. Tujuan dan Manfaat .................................................................               
II.      TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................                
III.     BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………....               
3.2. Bahan dan Alat ........................................................................               
3.3. Metode Praktikum.....................................................................               
3.4. Prosedur Praktikum………………...........................................                      
IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil...........................................................................................               
4.2 Pembahasan................................................................................             
          4.2.1 Pengamatan Ciri Seksual Sekunder ........................................            
          4.2.2 Pengamatan Ciri Seksual Primer ............................................             
V.      KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................             
5.2. Saran..........................................................................................             
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................                
LAMPIRAN.............................................................................................                


















DAFTAR TABEL



Tabel                                                                                                           Halaman                                                                                                                                                                                                                                           Halaman
1.                  Pengukuran Morfometrik Ikan  .......................................................              
2.                  Ciri Seksual Sekunder Ikan  ............................................................            



















DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman
1. Morfologi Ikan Paweh (Osteochillus hasselti).........................................               



















DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                   Halaman
1.   Alat-alat yang digunakan dalam praktikum.................................... .................... 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

I. PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
                 Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan jenis kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin ikan diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya.
      Pengetahuan mengenai seksualitas ikan merupakan suatu kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang biologi perikanan. Setelah bidang biologi pada khususnya mengenai tentang seksualitas pada berbagai jenis ikan sungguhlah banyak keuntungannya terutama dalam bidang budidaya perikanan.
             Pengenalan mengenai seksualitas dalam budidaya erat kaitannya karena, hal ini akan mengetahui bagaimana memperoleh bibit atau induk-induk yang unggul. Aplikasi dari mengetahui seksualitas pada ikan ialah bagaimana kita menemukan induk-induk unggul yang menghasilkan bibit-bibit anak ikan yang unggul pula baik untuk budidaya maupun dalam koleksi populasi ikan jenis tersebut dalam suatu ekologi ekosistem.
                 (Manda, 2012) mengatakan penentuan ciri seksual yang diamati pada setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Penampakan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen dan ada juga yang bersifat sementara.
                 Untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara membedah tubuh ikan dibagian perut dan kemudian memperhatikan gonad yang dimilikinya, gonad tersebut adalah testes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan gonad dan diameter gonad, sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh dan organ pelengkapnya. (Penuntun Praktikum Biologi Perikanan, 2012)
                 Perkembangan gonad di dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan juga kondisi lingkungan perairan seperti suhu yaitu pada saat gonad sedang dalam proses pengembangannya. Gonad yang berkembang di dalam tubuh individu ikan akan mempengaruhi pertambahan berat tubuh.
                 Pengamatan tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morphologi dan histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboraturium, sedangkan pengamatan secara histologi sangat memerlukan perlatan yang canggih dan teliti serta memerlukan pendanaan yang cukup.



1.2.    Tujuan dan Manfaat
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan baik dari penampakan ciri seksual primer maupun ciri seksual sekunder. Praktikum ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui secara jelas  jenis kelamin pada individu ikan.












II. TINJAUAN PUSTAKA




Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti ) adalah  jenis ikan yang habitatnya berasal dari air tawar. Ciri-ciri ikan tambakan adalah : Bentuk tubuh compressed, Kepala tumpul dan ekor berpinggiran tegak (truncated). Tubuh diliputi sisik mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Posisi mulut terminal , Bentuk mulut proctractile, ukuran mulut sempit. Posisi sudut mulut satu garis lurus dengan bawah bola mata. Ukuran bibir tebal, kedua bibir berlipatan dan keduanya bersambung. Bibir atas bergerigi tetapi rahang tidak bergerigi. Terdapat dua pasang lubang hidung.
Memiliki sirip punggung yang terdapat dibelakang kepala bagian anterior badan, sirip dada terletak dibawah linea lateralis . Persis dibelakang sirip dada terdapat sirip perut, dan dibelakang dubur terdapat sirip anus (Aquaculture, 2009) .
Gonad adalah organ reproduksi yang terdapat dalam tubuh individu ikan, pada ikan gonad berada di samping kiri dan kanan gelembung renang, di bawah vertebrae dan di atas saluran pencernaan. (Ridwan, 2012)
(Manda, 2012) mengatakan bahwa penampakan ciri-ciri seksual ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan sudah mengalami matang gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya cirri-ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut belum maang gonad ataupun sudah selesai mijah.
Gonad yang sudah jelas bentuknya, berbentuk testes atau ovari ialah apabila individu ikan itu sudah mulai matang gonad (kelamin)  berada pada tahap perkembangan I dan III. Akan tetapi jika masih berada pada tahap kematangan gonad I dan II agak sulit untuk dibedakan bentuknya dengan mata biasa  menurut Kesteven dalam Bagenal dan Braum (1971). (Penuntun Praktikum Biologi Perikanan, 2011) .

Bagian reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan adalah proses perkembangan gonad yang semakin matang. Selama proses ini sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Susanto H , 2001) .
(Sumantadinata, 2003) mengatakan bahwa gonad ikan disebut juga kelenjar biak. Gonad ikan betina dinamakan ovarium. Sedangkan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovarium ikan terletak memanjang didalam rongga badan dan biasanya terdapat sepasang yang terletak masing-masing dikiri dan kanan antara gelembung renang diatas usus. Sedangkan testes pada ikan jantan sepasang dapat sama panjang dan ada pula yang salah satunya lebih panjang dari yang lain.
(Pulungan, 2004), mengatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungn dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan dan betina. Apabila spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan betina maka spesies ikan itu mempunyai seksual dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna  maka ikan itu memiliki sifat dichromatisme. Biasanya warna ikan jantan lebih cerah dari warna ikan betina.
Otolith pada ikan adalah massa kristalin yang terdapat di telinga dalam pada ikan yang berfungsi untuk mendeteksi gaya berat atau keseimbangan ( Yushinta Fujaya , 2008 ) .













III.             BAHAN DAN METODE



3.1    Waktu dan Tempat
Waktu dilaksanakannya praktikum yaitu hari Selasa tanggal 2 Oktober 2012 pukul 10.30 – 12.30 WIB. Sedangkan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2    Bahan dan Alat
                 Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti ). Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1). Timbangan. Timbangan berfungsi sebagai alat untuk mengukur berat tubuh ikan yang akan dipraktikumkan  yaitu ikan Tambakan yang akan digunakan untuk data pada pengamatan seksualitas sekunder. 2). Penggaris. Penggaris berfungsi untuk mengukur panjang tubuh ikan yang meliputi: Tl, Sl, Bdh, dan HdL. Yang kemudian berfungsi dalam menetukan seksualitas sekunder. 3). Gunting bedah yang berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk bedah ikan pada saat penentuan seksualitas primer. 4). Alat tulis. Yang berguna untuk menulis data yang telah didapatkan pada saat praktikum.

3.3      Metode praktikum
Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum ikhtiologi dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum berlangsung.


3.4. Prosedur Praktikum
                 Dalam melakukan praktikum, ikan yang dijadikan objek praktikum terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap tubuh ikan untuk mengetahui panjang total (TL), panjang baku (SL), tinggi badan (Bdh), panjang kepala (Hdl), dan panjang tubuh (FL) serta pengukuran tehadap bidang-bidang dari tubuh ikan lainnya. Selanjutnya dilakukan penimbangan setiap individu ikan dan pembelahan bagian abdominal untuk mengetahui jenis kelamin apakah jantan atau betina.
                 Mencatat penampakan ciri seksual sekunder (dimorphisme dan dichromatisme) pada individu ikan jantan atau betina yang diamati, melihat bentuk secara lengkap dan jelas perbedaan penampakan ciri seksual primer dan sekunder, menggambar bentuk testes dan ovari yang tampak, membuat laporan sementara hasil pengamatan dan pencatatan.





















IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
                 Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan menggunakan ikan Tambakan sebagai objek pengamatan, ikan yang diamati sebanyak 25 ekor. Data yang diamati meliputi ukuran morphometrik dan berat setiap individu ikan, serta mengamati ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder.

Untuk membedakan ikan yang berjenis kelamin jantan dan betina, maka dapat dibedakan berdasarkan gonad yang ada. Gonad yang berbentuk testes berarti ikan tersebut berjenis kelamin jantan demikian juga sebaliknya jika gonad yang ada berbentuk ovari, maka ikan tersebut berjenis kelamin betina.










Gambar 1. Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti )


Klasifikasi Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti ):

Ordo     : Ostariophysi
Famili   : Cyprinidae
Genus   : Osteochillus
Spesies  : Helostoma temmincki


                 Dari pengamatan seksualitas primer maka jenis kelamin ikan yang dipraktikumkan dapat ditentukan dengan hasil seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel. 1. Pengukuran Morfometrik Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti )
              
NO
TL (mm)
SL (mm)
Bdh
(mm)
Berat (gr)
TKG
Jenis kelamin
1.
110
85
30
0.2
-
Jantan
2.
80
100
30
0.2
-
Jantan
3.
120
90
30
0.2
-
Jantan
4.
105
80
30
0.15
-
Jantan
5.
100
80
30
0.15
-
Jantan
6.
95
70
30
0.15
-
Jantan
7.
110
85
30
0.25
-
Jantan
8.
105
85
30
0.2
-
Jantan
9.
100
75
30
0.2
-
Jantan
10
80
100
30
0.2
-
Jantan
11
100
75
30
0.15
-
Jantan
12
70
90
30
0.1
-
Jantan
13
105
80
30
0.2
-
Jantan
14
110
85
30
0.2
-
Jantan
15
110
85
30
0.2
-
Jantan
16
110
85
30
0.3
-
Jantan
17
130
95
30
0.2
-
Jantan
18
100
80
30
0.15
-
Jantan
19
100
80
30
0.15
-
Jantan
20
100
80
30
0.1
-
Jantan
21
95
70
30
0.2
-
Jantan
22
100
75
30
0.15
-
Jantan
23
105
80
30
0.2
IV
Betina
24
105
80
30
0.15
-
Jantan
25
125
95
30
0.35
V
Betina

NO
TKG
Keterangan
1.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
2.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
3.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
4.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
5.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
6.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
7.
II
Ukuran testes lebih besar dan berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I
8.
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
9.
III
Ovari berwarna kuning, secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya oleh mata
10
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
11
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
12
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
13
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
14
II
Ukuran testes lebih besar dan berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I
15
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
16
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
17
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
18
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
19
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
20
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
21
II
Ukuran testes lebih besar dan berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I
22
I
Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan berwarna jernih
23
I
Ukuran testes lebih besar dan berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I
24
II
Ukuran testes lebih besar dan berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I
25
IV
Ovari semakin besar, telur berwarna kuning dan mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut, usus terdesak

Tabel. 2. Ciri Seksual Sekunder Ikan Paweh ( Osteochilus hasselti )

2.1. Berdasarkan bentuk dan ukuran tubuh
                                             
N0
Jantan
Betina
1.
Ukuran tubuh lebih kecil
Ukuran tubuh lebih besar
2.
Bentuk tengkuk kepala agak melonjong
Bentuk tengkuk kepala lebih melengkung
3.
Halus kasar permukaan kepala lebih halus
Halus kasar permukaan, kepala lebih halus
4.
Warna tubuh lebih gelap, bentuk lekukan kepala menonjol
Bentuk ujung jari sirip lebih runcin
5.
Bagian abdominal lebih kecil
Bagian abdominal lebih besar
6.
Bentuk papilla genital lebih kecil
bentuk papilla genital lebih besar
7.
Jumlah lubang genital 1 buah
jumlah lubang genital 1 buah
8.
Bentuk lubang genital bulat
bentuk lubang genital bulat
9.
Bentuk salah satu jari sirip anal melengkung
Bentuk salah satu jari sirip anal melengkung

2.2. Berdasarkan warna tubuh
                                             
N0
Jantan
Betina
1.
Warna pada badan lebih gelap
Warna pada badan lebih terang
2.
Warna pada sirip punggung transparan
Warna pada sirip punggung lebih gelap
3.
Warna noktah lebih gelap
Warna noktah lebih terang
4.
Garis-garis warna pada sirip ekor lebih gelap
Garis-garis warna pada sirip ekor lebih terang

4.2    Pembahasan
4.2.1. Pengamatan ciri seksual sekunder
                 Untuk mengetahui penampakan ciri seksual sekunder dilakukan dengan memperhatikan bentuk atau ukuran serta bagian-bagian tubuh tertentu maupun pada organ-organ pelengkapnya seperti ukuran tubuh, bentuk tengkuk pada kepala, bentuk abdominal, bentuk papila genital, jumlah lubang genital, bentuk lubang genital dan warna pada permukaan tubuh dan organ-organ pelengkapnya seperti warna pada badan, warna pada sirip punggung dan ekor, warna noktah pada batang ekor, warna pada dasar sirip dada dan perut serta garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh. (Ridwan, 2012).

                 Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Tambakan didapatkan ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh lebih kecil dari tubuh ikan betina yang bervariasi karena ikan yang menjadi objek tidak seumur, bentuk tengkuk kepala ada tonjolan pada ikan jantan dan pada ikan betina meruncing, mempunyai satu lubang genital, bentuk abdominal melengkung pada betina dan pada jantan agak lurus dan datar, bentuk ujung sirip punggung jantan lebih runcing dan betina agak membundar, pada individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina.   
                 Dari hasil pengukuran morphometrik dari ikan Tambakan didapatkan ukuran badan antara 80-130 mm dan berat setiap individu anatara 0,15-0,35 gr. Dan dari hasil pengamatan jenis kelamin didapatkan 23 ekor ikan jantan dan 2 ekor ikan betina.
4.2.2. Pengamatan ciri seksual primer
Untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan dapat dilakukan dengan mengamati ciri seksual primer dengan cara : 1) Membelah tubuh bagian abdominal individu ikan, 2) Mengeluarkan gamet yang dilakukan dengan cara menstriping induk yang sudah matang gonad sempurna yaitu dilakukan dengan cara memberi tekanan lembut dan halus pada bagian abdominal dan urut dari arah dada ke lubang genital, 3) Mengambil gamet dari dalam gonad melalui cara pengisapan dengan bantuan kateter canula. Dalam pelaksanan praktikum yang dilakukan utuk mengetahui jenis kelamin individu ikan adalah dengan cara membedah tubuh bagian abdominal saja. (Penuntun Praktikum Biologi Perikanan, 2012)
                 Gonad pada ikan Tambakan yaitu testes pada ikan jantan dan ovari pada ikan betina. Pada gonad jantan (testes) tidak memiliki butiran telur. Testes pada ikan Tambakan berwarna putih susu sedangkan ovari pada ikan Tambakan berwarna kuning keemasan dimana dapat dilihat dengan mata telanjang. Letaknya di samping kiri dan kanan gelembung renang, di bawah vertebrae dan di atas saluran pencernaan.              Ikan jantan dan ikan betina juga memiliki sifat yang berbeda secara fisik, misalkan dalam pergerakan, tingkah laku, cara makan, dan penyesuaian diri dalam lingkungan populasi maupun ekologi dan habitatnya. (Tang.U.M., 2002) .

 







V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengamatan seksualitas primer dan pengamatan seksualitas sekunder. Pengamatan seksualitas primer dapat dilakukan dengan cara membedah tubuh ikan itu sendiri kemudian gonadnya diperhatikan. Dari situlah kita dapat menentukan jenis kelamin ikan tersebut. Sedangkan pengamatan seksualitas sekunder dapat dilakukan dengan pengamatan bagian-bagian luar tubuh ikan tersebut, tanpa membedah tubuh ikan yang akan diamati.
Dan pada praktikum Tingkat Kematangan Gonad Ikan dapat disimpulkan bahwa ikan yang diamati Tingkat Kematangan Gonad nya masih rendah (ikan muda), sehingga sulit diperoleh ikan yang siap untuk memijah atau ikan yang telah matang gonad. Dan selain itu perkembangan gonad di dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan juga kondisi lingkungan perairan tempat ikan itu hidup.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar dalam pengamatan seksualiatas ikan dan kematangan gonad ikan ini sebaiknya menggunakan spesies ikan yang berbeda dan sebaiknya ikan yang akan disiapkan untuk praktikum adalah ikan yang sudah matang gonad pada setiap kelompok.

DAFTAR  PUSTAKA

Fujaya , Yushinta. 2008 . Fisiologi Ikan . Jakarta : Rineka Cipta
Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi, 2004. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 66 Halaman.

Ridwan, Chaidir, dan Windarti, 2012. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru.75 Halaman.

Sumantadinata. 2003. Berbudidaya Ikan Dalam Menciptakan Bibit
                Unggul. Jakarta : Penerbit Agromedia Pustaka , 84 Halaman .
Susanto,H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta : PT . Penebar Swadaya , 73 Halaman .
Tang.U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru , 217 Halaman .
http://aquaculture-unri.blogspot.com/2009/05/literatur-perikanan.html




















LAMPIRAN








Alat-alat yang digunakan :


                                                                                                          
              GUNTING BEDAH                                                                PISAU CUTTER


                        SERBET                                                    PENGGARI
                          PENA                                                       PENGHAPUS






                        PENSIL                                                         NAMPAN







  BUKU GAMBAR                                              BUKU PENUNTUN